Mimbar Literasi

"Artikel Opini sebagai Sumber Inspirasi"

THE VALUES YWHS

Values, istilah Menurut Bahasa Inggris, merupakan bentuk plural (jamak) dari value. Menurut Oxford advanced learner, value didefinisikan sebagai : The quality (positive or negative) that renders something desirable or valuable, derajat kualitas (positif atau negatif) yang membuat sesuatu menjadi di kehendaki atau berharga.
Makna values di interpretasikan sebagai nilai, yaitu derajat kualitas positif yang di contohkan oleh para pendiri dan pimpinan YWHS. Nilai-nilai positif tersebut tidak hanya sekedar menjadi jargon dan slogan, melainkan juga dipraktikkan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kiprah YWHS.

Ing ngarsa sung tuladha, demikian yang diajarkan tokoh pendidikan nasional Bapak Ki Hajar Dewantara. Pemimpin memberikan teladan. Sedangkan dalam istilah manajemen dan kepemimpinan modern, kita mengenal apa yang disebut, walk the talk atau integritas, yang kurang lebih artinya melaksanakan apa yang di sampaikan, adanya kesesuaian antara tindakan dan perkataan. Adalah suatu keniscayaan bahwa dari pemimpin menghasilkan 'sesuatu' sebagai output pemimpin memiliki sikap / gaya kepemimpinannya.


ERA AWAL (THE FIRST ERA), adalah era kepemimpinan 3 orang pendiri.
The first era dengan ciri :

1. Dari tidak ada menjadi ada / the small step
"A journey of a thousand miles begins with a small step" Perjalanan panjang ribuan mil (1 mil = 1,6 kilometer) bermula dengan satu langkah kecil. Demikian kurang lebih arti kalimat di atas. Tidaklah berlebihan bahwa ungkapan tersebut menggambarkan bagaimana pada periode awal rintisan YWHS. Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa YWHS bermula dari sebuah gedung yang berlokasi di JI. Waspada Surabaya, mengelola 10 taman pendidikan, belum ada panti asuhan, belum ada masjid dan belum ada unit usaha. YWHS dirintis oleh tiga sahabat (Bapak Muhaimin, Bapak Soekowijono, dan Bapak Muchsin. Beliau -beliau inilah sebagai pelaku "the small step"
Apakah the small step tersebut ? Mengadakan yang belum / tidak ada menjadi ada. Membentuk wadah yaitu mendirikan yayasan untuk berkiprah. Awal rintisan YWHS bukanlah organisasi yang memiliki kemampuan finansial yang berlebih pada waktu itu.

2. Tak kaya konsep tapi dapat dirasa
Secara tekstual, atau yang ditulis, penyusun tidak bisa menemukan konsep-konsep yang menjadi pegangan, arah-arah program di era awal ini, sehingga tim penyusun mengistilahkan " tak kaya konsep tapi dapat dirasa" Menurut para penutur, mereka yang pernah bersekolah atau mengajar di era ini pasti merasakan bahwa lembaga pendidikan YWHS di era ini cukup membanggakan, kepercayaan masyarakat tumbuh, muridnya banyak, banyak prestasi yang diraih, yang lebih membanggakan lagi banyak permintaan masyarakat membentuk lembaga dan bergabung dergan YWHS.

3. Kebersamaan tak berstruktur
Cerita penutur : baju, sisir, sandal, makan, bepergian di luar dinas sering dilakukan oleh ketiga sahabat secara bersama. Hubungan pengurus YWHS di era ini ( Pendiri + Bapak Su'ud ) bukan hubungan sekedar kepengurusan. Hubungan antar keluarga juga erat saling mengunjungi, Alhamdulillah sampai sekarang hubungan antar keluarga tersebut masih terpelihara. Menurut Bapak Choirul, salah seorang putra Bapak Muhaimin "saya baru tahu ketika sudah di SMA, ternyata tidak ada hubungan famili di antara tiga keluarga ini".

4. Asih-Asuh
Interaksi antar pengurus di era ini dapat dikatakan interaksi asih - asuh, antara lain :
- Mengedepankan kebersamaan, kerukunan, saling memperhatikan seperti tak berbatas pada hubungan struktural jabatan di kepengurusan.
- Saling mengingatkan, mengarahkan, dan membimbing.
- Tidal pernah ada konfliktar pengurus, hal ini dimungkinkan bila para pengurus memiliki sifat asih - asuh.
5. Menghargai :
- Menghargai adalah perilaku yang memberi kesempatan orang lain untuk berbuat dengan tidak memandang usia dan kedudukan.
- Menghargai adalah perilaku menghormati keberadaan seseorang dalam lingkup suatu kewenangan.
- Menghargai adalah perilaku pengakuan dalam diri orang lain mungkin mempunyai kelebihan dari saya.
- Menghargai adalah perilaku memahami, memaklumi kekurangan orang lain.
Konteks dari menghargai ini dihubungkan dengan usia Bapak Muchsin yang paling muda diantara pengurus yang lain waktu itu, (Bapak Muhaimin, Bapak Soekowijono, Bapak Su'ud). Beliau para senior ini selalu memberi kesempatan pada yang muda.


ERA VISIONER
Era visioner ini banyak dipengaruhi oleh sudut pandang dan pola pikir Bapak Muchsin. Hal ini terkait dengan karir beliau sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi, karir politik, beberapa jabatan yang pernah diemban. Suatu kewajaran bahwa hal ini dilatarbelakangi relasi dan lingkungan pergaulan beliau yang luas dengan berbagai kalangan.
Ciri - ciri yang dapat diungkapkan di sini adalah :
1. Asah : mengajak, mendorong atau mewajibkan orang-orang yang di sekeliling beliau untuk bersekolah, yang belum memiliki gelar sarjana supaya kuliah sampai S1, yang sudah SI supaya kuliah sampai S2. Selain menganjurkan/mendorong/mewajibkan stafnya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, Bapak Muchsin juga menganjurkan agar SDM selalu meng-upgrade diri. Semua SDM harus up to date menyesuaikan dengan perkembangn jaman. Contoh: Semua SDM yayasan harus bisa ketik manual. Ketika ada perkembangan teknologi yaitu mesin ketik elektronik, maka semua SDM diwajibkan untuk mampu mengoperasikan mesin ketik elektronik. Demikian juga ketika era komputerisasi dan internet. Menurut mereka yang sering mendampingi Bapak Muchsin, wisata beliau adalah ke toko buku. Dari ungkapan tersebut, maka tim penyusun menamal an asah yaitu mengasah atau mempertajam pikiran.

2. Visioner = YWHS adalah yayasan yang berpandangan luas ke depan, bukan kegiatan sesaat, mempunyai arah yang jelas, pedoman jelas, aturan yang tegas, tujuan ke depan yang nampak, yaitu manfaat yang sebesar- besarnya untuk masyarakat. Berangkat dari sikap tersebut, maka cara kerja/tata kelola YWHS menjadi jelas, dan berpegang pada 3 pilar yaitu : amanah, ikhlas dan ukhuwah.

3. YWHS dikelola melalui sistem dan mekanisme yang ditetapkan bersama, memprioritaskan profesional, dan segala hasil usaha bersifat nirlaba, tidak mengutamakan keuntungan semata. Hasil usaha untuk perkembangan kemajuan Yayasan.

4. Pengorganisasian, yaitu menata, mengatur pengelolaan internal lembaga YWHS
- Penugasan personal
- Pembagian/pembatasan kewenangan
- Menetapkan sistem keuangan 1 pintu dan terkontrol
Segala sesuatu yang memiliki tata kelola yang lebih baik, akan memiliki potensi atau peluang lebih besar untuk memenangkan kompetisi.

5. Sistem dan Mekanisme
Manfaat utama dari implementasi sistem dan mekanisme ini adalah organisasi menjadi tidak tergantung dari figur ketokohan dan kharismatik pimpinan. Inilah kunci kesuksesan berbagai perusahaan besar yang telah berusia puluhan tahun. Siapa pun orangnya yang memimpin organisasi, selama memilik mpetensi, kemudian ia berjalan di atas koridor dan mekanisme, maka takkan ada deviasi (menyumpang dari aturan) yang signifikan (penting).

6. Konsep P - B - K (Perencanaan - Budgeting - Kontrol) Mekanisme tata kelola yang diperkenalkan dan sampai saat ini diberlakukan adalah PBK. Bahwa tiap kegiatan dalam unit-unit di bawah YWHS harus memiliki diawali dari adanya rencana. Tak ada kegiatan tanpa perencanaan. Sehingga sudah menjadi konsekuensinya bahwa kegiatan tersebut dianggarkan (budgeting) dengan tujuan pengelolaan aliran uang (cash flow) menjadi tepat guna dan tepat sasaran. Tahap akhir dari semua kegiatan tersebut adalah pengawasan (control).

7. Khairunnaasi anfa'uhum linnas
Muara tiap kegiatan haruslah membawa manfaat kolektif. Inilah spirit bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Hal ini kemudian dipertegas dalam anggaran rumah tangga YWHS yang ditetapkan pada miladnya tanggal 31 Januari 2010. Dalam pasal 11, secara eksplisit disampaikan bahwa YWHS beserta unit - unit kegiatannya adalah lembaga nirlaba, meskipun memperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU), namun SHU tersebut tidak boleh dibagikan kepada anggota pengurus,namun digunakan untuk :
a. sebagai cadangan modal / stabilisator untuk mengurangi risiko ke depan
b. investasi dengan cara membeli / memperluas kegiatan - kegiatan usaha
c. renovasi dan rehabilitasi bangunan
d. memenuhi dan melengkapi sarana prasarana
e. memberikan bantuan kepadabadan-badansosial dan mereka yang berhak sesuai dengan ketentuan ISLAM.
8.Jangan berpikir "aku - tapi kita"
Dalam setiap kesempatan rapat, sambutan, pengarahan, Bapak Muchsin selalu menyampaikan ungkapan tersebut, maksudnya jangan pernah ada perasaan dalam diri seseorang merasa yang paling berjasa di YWHS, keberhasilan, kebesaran yayasan bukan karena seorang saja, tapi karena kerjasama. Hikmah dari ungkapan ini, semoga tugas-tugas pekerjaan yang kita lakukan di YWHS ini diterima sebagai ibadah.

9.Ingatlah 2 Lupakan 2
Ingatlah kebaikan orang lain kepadamu
Ingatlah keburukanmu kepada orang lain
Lupakan kebaikanmu kepada orang lain
Lupakan keburukan orang lain kepadamu
Sungguh tidaklah mudah melaksanakan keempat hal di atas. Tentunya dalam berinteraksi dengan sesama, konfliktak terelakkan. Perbedaan pikiran berpotensi munculnya konflik, apalagi dalam konteks organisasi. Meski memiliki visi dan misi yang sama, tak jarang memiliki perbedaan dalam cara melaksanakannya. Kunci keikhlasan terletak pada keempat hal tersebut di atas. Semoga kita semua senantiasa dilimpahkan rahmat-Nya sehingga mampu istiqamah melaksanakan keempat hal tersebut di atas. Karena sejatinya, kemampuan melaksanakan keempat hal tersebut akan membawa kebaikan bagi diri sendiri bukan untuk orang lain.


ERA PENERUS
Nilai panutan yang ada nada pendiri dan penerus, adalah selaras, berkesinambungan perkaya khazanah daya pikir, daya perilaku generasi berikutnya. Kiranya dapat dikatakan nilai panutan era pendiri merupakan garis besar haluan YWHS untuk di-implementasikan oleh generasi penerus.

Bidang Pendidikan :
Kemajuan di Taman Pendidikan Wachid Hasyim Pusat Surabaya sekarang sangat erat kaitannya dari usaha-usaha giat yang dilakukan Bapak Miftach (Ketua Dewan Pembina). Ketika beliau tahun 1984 diangkat sebagai Direktur Taman Pendidikan Wachid Hasyim Pusat Surabaya, di JI Sidotopo Wetan Baru 37 Surabaya, kondisi Taman Pendidikan Wachid Hasyim Pusat boleh dikatakan cukup memprihatinkan. Bidang Sosial dan Usaha, Ibu Isnawati bertutur sebagai berikut :

1. Berani mencoba harus disertai mempelajari
"Merintis toko Mina bagi saya adalah mencoba dan mempelajari, kami melakukan studi banding, pernah mengikuti pelatihan retail dan konsultasi ke Supermarket. Persiapan pembukaan toko Mina dibantu tenaga dari Supermarket HERO".

2. Ada di pikiran- perasaan - niat dan perbuatan
Meskipun secara fisik kadang tidak di tempat kita perlu tahu ada kekurangan yang harus segera di benahi.

3. Pintar - Cerdas - Cerdik
"Saya termasuk orang yang mempunyai pemahaman, bahwasanya bila ingin maju dan memajukan, perlu ada jiwa pintar, cerdas, dan Maka harus berusaha mengasah kepintaran, kecerdasan, kecerdikan. Pada tataran ini, saya berpendapat jika memiliki 3 hal tersebut (pintar, cerdas, dan cerdik) akan mampu menganalisis menghubungkan sebab akibat, sehingga ada daya usaha mengantisipasinya".

4. Komunikasi Jelas - Tegas
- Menyampaikan masukan, ide, gagasan, dikomunikasikan dengan jelas - tegas agar mudah dimengerti dan dapat dikerjakan.
- Mengesampingkan ewuh pakewuh : Sertakan pendekatan kebaikan, demi kepentingan bersama.
5. Disiplin
- Disiplin adalah faktor pendukung keberhasilan.
- Pembiaran pada kebiasaan tidak disiplin mengakibatkan kelalaian, kemunduran akan menunda pencapaian, jauh dari kemajuan.
6. Pendampingan - di kawal - di kontrol
- Pendelegasian tugas diawali dengan arahan disertai pendampingan.
- Di kawal, kalau tidak paham diberitahu, bila lupa diingatkan, bila lalai dinasehati, bila salah berulang kali ditegur dan diberi sanksi.
- Di kontrol adalah dievaluasi, bila menemukan kesalahan segera diperbaiki.

- " Siapapun orang yang memimpin organisasi, selama memiliki kompetensi, kemudian ia berjalan di atas koridor sistem dan mekanisme,
maka takkan ada deviasi (menyimpang dari aturan yang paling penting) " -



YAYASAN WACHID HASYIM SURABAYA